Rabu, 11 Desember 2013

KOMPLEKSITAS DUNIA ANAK USIA DINI DALAM PENDIDIKAN

KOMPLEKSITAS DUNIA ANAK USIA DINI DALAM PENDIDIKAN

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Dunia Anak dalam Pendidikan : Kebijakan dan Kepemimpinan
Dosen : Dr. Samino


Disusun oleh :
ALI MURSIDI
NIM Q100120121
Kelas 2 D


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013


KOMPLEKSITAS DUNIA ANAK USIA DINI DALAM PENDIDIKAN

I.                   PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Sudah bukan informasi baru lagi, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasarkan pengetahuan ini pun makin banyak didengungkan mengenai pentingnya pendidikan usia dini . Perlu orang tua ketahui juga bahwa anak memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya sudah dapat dibentuk sejak dini.
Tidak sedikit juga orang tua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami setres atau kehilangan masa bermain. Padahal hampir 70 % pembentukan karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga 3 tahun. Sejak dini anak-anak mendapat saran pendidikan yang nyaman, penuh kasih sayang, dan dalam lingkungan yang mendukung.

II.                RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kompleksitas dunia anak usia dini dalam pendidikan?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undangundang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Pada masa masa emas atau golden age hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan baik. Masa kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).
Maleong menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun (Harun, 2009: 43).
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.

B.     Karakteristik anak usia dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya, misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi.
Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari berbagai aspek perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik anak usia dini menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai berikut: a) egosentris, b) memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk sosial, d) the unique person, e) kaya dengan fantasi, f) daya konsentrasi yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial. Egosentris adalah salah satu sifat seorang anak dalam melihat dan memahami sesuatu cenderung dari sudut pandang dan kepentingan diri sendiri. Anak mengira bahwa semuanya penuh dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Melalui interaksi dengan orang lain anak membangun konsep diri sehingga anak dikatakan sebagai makhluk sosial.
Anak memiliki daya imajinasi yang berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek kecuali terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak. Berbagai perbedaan yang dimiliki anak penanganan yang berbeda mendorong pada setiap anak. Pada masa belajar yang potensial ini, anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang dengan cepat. Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto,2003: 56-72), anak memiliki 4 tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra operasional konkrit (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan operasional formal (11 tahun ke atas).
Dalam tahap sensori motorik (0-2 tahun), anak mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dengan gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pada perkembangan pra operasional, proses berpikir anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Pada tahap operasional konkrit, anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkrit dan dapat memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan serta mengurutkan. Pada tahap operasional formal, pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan kejadian di depan matanya. Pikiran anak terbebas dari kejadian langsung.
Dilihat dari perkembangan kognitif, anak usia dini berada pada tahap pra operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Anak mampu mempertimbangkan tentang besar, jumlah, bentuk dan benda-benda melalui pengalaman konkrit. Kemampuan berfikir ini berada saat anak sedang bermain.
C.    Kompleksitas dunia anak usia dini dalam pendidikan
Dengan mengetahui pengertian dan karakteristika anak usia dini, maka kita juga akan memahami betapa kompleksnya dunia anak dalam pendidikan karena pada masa anak usia dini ini disebut dengan golden age atau masa keemasan dimana anak sedang tumbuh dan berkembang dengan untuk menjadi pribadi yang diharapkan. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai stumulus dari dalam maupun dari lingkungan agar anak mampu menjalani tugas perkembangannya.
Stimulus dari lingkungan diantaranya adalah pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini mempunyai tujuan utama yakni membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Sealain tujuan utama ada tujuan penyerta yaitu untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

IV.             KESIMPULAN
1.      Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
2.      Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Karakteristik anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari makhluk sosial.
3.      Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

V.                PENUTUP
Alhamdulillah, berkat karunia dan pertolongan Allah SWT, yang didasari dengan niat dan kesungguhan hati akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu demi kesempurnaan dan perbaikan dalam makalah ini kritik dan saran yang bersifat konstruktif, sangatlah penulis harapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Kuntjojo, Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, http://pgpaud.unpkediri.ac.id/index.php/web/detberita/berita/23
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, 2005, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Slamet Suyanto, 2005. Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

PROPOSAL EVALUASI MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA

PROPOSAL EVALUASI
MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Evaluasi Sistem Pendidikan
Dosen : Dr. Sumardi, M.Si
  


Disusun oleh :

ALI MURSIDI
NIM Q100120121

Kelas 2B / 2D




PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PROPOSAL EVALUASI
MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara formal, pendidikan diselengarakan disekolah. Hal itu sering  dikenal dengan pengajaran dimana proses belajar mengajar yang melibatkan banyak faktor baik pengajar, pelajar, bahan/materi, fasilitas maupun minat belajar siswa. Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Pelajaran Matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman berpikir secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan diantaranya: 1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. 2) mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4) mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Oleh karena itu evaluasi minat belajar mata pelajaran matematika dirasa perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran matematika, agar dapar digunakan sebagai acuan guru untuk menentukan langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran matematika, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

B.     Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi ini untuk mengetahui sejauh mana minat peserta didik terhadap mata pelajaran matematika, persiapan yang telah dilakukan saat akan belajar matematika, kesiapan mengikuti mata pelajaran matematika di dalam kelas, kesiapan memperhatikan penjelasan guru, dan mengetahui hal-hal yang dapat mempengaruhi minat belajar mata pelajaran matematika baik di rumah maupun di kelas.

C.    Sasaran Evaluasi
Sasaran Evaluasi minat belajar belajar mata pelajaran matematika ini adalah siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Plus Semarang.

D.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana minat belajar siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Plus Semarang terhadap mata pelajaran matematika?
2.      Apa faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa kelas 5 SD Muhammadiyah Plus Semarang terhadap mata pelajaran matematika?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kajian Teori
1.      Pengertian minat belajar
Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu” (Balai Pustaka, 2005:583). Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh Hilgard yang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content” (Slameto, 2001:57).
Sardiman A. M. berpendapat bahwa “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhannya sendiri (Sardiman, 2001:76). Sedangkan menurut I. L. Pasaribu dan Simanjuntak mengartikan minat sebagai suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan sesuatu yang menariknya (Pasaribu dan simanjuntak, 2003:52)
Selanjutnya menurut Zakiah Daradjat, dkk., mengartikan minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang (Daradjat, 2005:133). Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang dikutip di atas dapat disimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat.
Belajar menurut bahasa adalah “usaha (berlatih) dan sebagai upaya mendapatkan kepandaian” (Poerwadarminta, 2002:965). Sedangkan menurut istilah yang dipaparkan oleh beberapa ahli, di antaranya oleh Ahmad Fauzi yang mengemukakan belajar adalah Suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi (atau rangsang) yang terjadi (Fauzi, 2004:44). Kemudian Slameto mengemukakan pendapat dari Gronback yang mengatakan “Learning is show by a behavior as a result of experience” (Slameto, 2001:2).
Selanjutnya Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati mengartikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Usman dan Setiawati, 2002:4). Nana Sudjana mengatakan belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu (Sudjana, 2005:28).
Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotor), maupun sikapnya (afektif). Dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah sesuatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja yang akhirnya melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
2.      Pelajaran matematika
Menurut bahasa latin Matematika berasal dari kata manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan menurut bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti (Depdiknas, 2003: 5). Kemudian menurut istilah, Somardyono mengemukakan bahwa matematika adalah produk dari pemikiran intelektual manusia (Somardyono, 2004: 5)
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari Matematika. Penerapan cara kerja Matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa.
3.      Unsur-Unsur Minat dan Fungsi Minat dalam Belajar
a.       Unsur-unsur minat
1)      Perhatian
Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat siswa dalam belajar. Menurut Sumadi Suryabrata, perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan (Suryabrata, 2005:14). Kemudian Wasti Sumanto berpendapat, perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai suatu aktivitas (Sumanto, 2003:32).  
Aktivitas yang disertai dengan perhatian intensif akan lebih sukses dan prestasinya pun akan lebih tinggi. Maka dari itu sebagai seorang guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya sehingga mereka mempunyai minat terhadap pelajaran yang diajarkannya.
Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar. Ia tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran, ia pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.
2)      Perasaan
Unsur yang tak kalah pentingnya adalah perasaan dari anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Perasaan didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami dalam kualitas senang atau tidak dalam berbagai taraf (Suryabrata, 2005:66).
Tiap aktivitas dan pengalaman yang dilakukan akan selalu diliputi oleh suatu perasaan, baik perasaan senang maupun perasaan tidak senang. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, mengingat-ingat atau memikirkan sesuatu.
Yang dimaksud dengan perasaan di sini adalah perasaan senang dan perasaan tertarik. Perasaan merupakan aktivitas psikis yang di dalamnya subjek menghayati nilai-nilai dari suatu objek (Winkell, 2003:30). Perasaan sebagai faktor psikis non intelektual, yang khusus berpengaruh terhadap semangat belajar. Jika seorang siswa mengadakan penilaian yang agak spontan melalui perasaannya tentang pengalaman belajar di sekolah, dan penilaian itu menghasilkan penilaian yang positif maka akan timbul perasaan senang di hatinya akan tetapi jika penilaiannya negatif maka timbul perasaan tidak senang.
Perasaan senang akan menimbulkan minat, yang diperkuat dengan sikap yang positif. Sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat dalam mengajar, karena tidak adanya sikap yang positif sehingga tidak menunjang minat dalam belajar.
3)      Motif
Kata motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan kreativitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardimann, 2006: 73). Menurut Sumadi Suryabrata, motif adalah “keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencari suatu tujuan (Suryabrata, 2005:32).
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka dia akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Ketiadaan minat terhadap suatu mata pelajaran menjadi pangkal penyebab kenapa anak didik tidak bergeming untuk mencatat apa-apa yang telah disampaikan oleh guru. Itulah sebagai pertanda bahwa anak didik tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus bisa membangkitkan minat anak didik. Sehingga anak didik yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
b.      Fungsi minat dalam belajar
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan. Jika seorang siswa memiliki rasa ingin belajar, ia akan cepat dapat mengerti dan mengingatnya.
Elizabeth B. Hurlock menulis tentang fungsi minat bagi kehidupan anak sebagaimana yang ditulis oleh Abdul Wahid sebagai berikut:
1)      Minat mempengaruhi bentuk intensitas cita-cita.
Sebagai contoh anak yang berminat pada olah raga maka cita-citanya adalah menjadi olahragawan yang berprestasi, sedang anak yang berminat pada kesehatan fisiknya maka cita-citanya menjadi dokter.
2)      Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat.
Minat anak untuk menguasai pelajaran bisa mendorongnya untuk belajar kelompok di tempat temannya meskipun suasana sedang hujan.
3)      Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas.
Minat seseorang meskipun diajar oleh guru yang sama dan diberi pelajaran tapi antara satu anak dan yang lain mendapatkan jumlah pengetahuan yang berbeda. Hal ini terjadi karena berbedanya daya serap mereka dan daya serap ini dipengaruhi oleh intensitas minat mereka.
4)      Minat yang terbentuk sejak kecil/masa kanak-kanak sering terbawa seumur hidup karena minat membawa kepuasan.
Minat menjadi guru yang telah membentuk sejak kecil sebagai misal akan terus terbawa sampai hal ini menjadi kenyataan. Apabila ini terwujud maka semua suka duka menjadi guru tidak akan dirasa karena semua tugas dikerjakan dengan penuh sukarela. Dan apabila minat ini tidak terwujud maka bisa menjadi obsesi yang akan dibawa sampai mati (Wahid, 2001: 119-110).
Dalam hubungannya dengan pemusatan perhatian, minat mempunyai peranan dalam melahirkan perhatian yang serta merta, memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar (Liang Gie, 2004: 7)
Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, sebab tidak ada daya tarik baginya. Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu sebagai kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran. mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorong ia untuk terus belajar.
4.      Tinjauan Umum Mata Pelajaran Matematika
Tentang tinjauan umum mata pelajaran Matematika akan dijelaskan secara singkat seperti yang tercantum dalam buku Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika.
a.       Pengertian pelajaran Matematika
Menurut bahasa latin Matematika berasal dari kata manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (Depdiknas, 2003:5). Sedangkan menurut istilah, Somardyono mengemukakan bahwa Matematika adalah produk dari pemikiran intelektual manusia.
Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten.
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep Matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari Matematika. Penerapan cara kerja Matematika diharapkan dapat membentuk sikap kritis, kreatif, jujur dan komunikatif pada siswa.
b.      Fungsi dan tujuan pelajaran Matematika
1)      Fungsi pelajaran Matematika
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus Matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model Matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan Matematika.
2)      Tujuan pelajaran Matematika
Pelajaran Matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu ketajaman berpikir secara logis (masuk akal) serta membantu memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan.

BAB III
METODE EVALUASI
A.    Waktu dan tempat
Evaluasi akan dilaksanakan selama satu minggu, pada bulan Februari 2014. Lokasi pelaksanaan evaluasi adalah SD Muhammadiyah Plus Semarang.
B.     Populasi dan Sampel
Suharsimi Arikunto menyebutkan bahwa populasi penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2001: 107).  Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas 5 SD Muhammadiyah Plus Semarang. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Apabila populasi kurang dari 100 sebaiknya diambil semua.
C.    Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam evaluasi minat belajar mata pelajaran matematika ini adalah berupa angket. Setiap siswa mengisi angket yang terdiri dari 40 Soal ceklist sesuai jawaban hati nurani siswa-siswi kelas 5 SD Muhammadiyah Plus semarang.
D.    Analisis data
Data yang sudah terkumpul melaui pengisian angket, kemudian akan di analisis dengan cara di hitung sesuai skor yang telah ditentukan. Ada empat jawaban yaitu; sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju.
1.      Pernyataan bernilai positif: nomor 1-4, 9-12, 17-20, 25-28, 33-36
Keterangan :
o   SS     skor 4
o   S       skor 3
o   TS     skor 2
o   STS   skor 1
2.      Pernyataan bernilai negatif: nomor 5-8, 13-16, 21-24, 29-32, 37-40
Keterangan :
o   SS     skor 1
o   S       skor 2
o   TS     skor 3
o   STS   skor 4
3.      Skor maksimal: 160
4.      Rentangan minat :
o   122 – 162   = minat tinggi
o   81 – 121     = minat sedang
o   40 – 80       = minat rendah



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, 2001. Menumbuhkan Minat dan Bakat Anak di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Suharsimi Arikunto,2001. metodologi penelitan, Bandung: Alfabeta
Sumadi Suryabrata,2005. Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Rajawali.
Sumardyono,2004,  ”Karakteristik Matematika Dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika”, Disertasi, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
The Liang Gie, 2004, Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahasiswa, Yogyakarta: Gajah Mada
W.S. Winkell, 2003, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia.
Wasty Sumanto, 2003. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bina Aksara.


Lampiran
KUESIONER MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA

Aturan menjawab angket:
  1. Pada angket ini terdapat 40 butir pertanyaan. Berilah jawaban yang benarbenar cocok dengan pilihanmu.
  2. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban pernyataan lain maupun teman lain
  3. Catat tanggapan kamu pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda check (√) sesuai keterangan pilihan jawaban.

Keterangan pilihan jawaban :
SS     = Sangat Setuju
S       = Setuju
TS     = Tidak Setuju
STS   = Sangat Tidak Setuju

No.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS
S
TS
STS
1.
Saya belajar Matematika pada malam hari sebelum pelajaran esok hari.




2.
Saya sampai di sekolah sebelum pukul 07.00




3.
Saya mempersiapkan buku pelajaran Matematika ketika guru memasuki kelas.




4.
Matematika adalah pelajaran yang menarik dan menantang.




5.
Saya melamun ketika pelajaran berlangsung




6.
Saya pasif ketika diskusi kelompok




7.
Saya bercanda ketika pelajaran




8.
Saya mengerjakan soal dengan cepat dan sering tidak teliti




9.
Saya meminta Guru untuk memperingatkan anak-anak yang membuat keributan di luar kelas saat pelajaran berlangsung.




10.
Saya pindah ke bangku yang jauh dari keributan di luar kelas ketika pelajaran.




11.
Saya memperhatikan penjelasan guru meskipun saya duduk di bangku paling belakang.




12.
Saya menghiraukan anak-anak yang berlalu-lalang di luar kelas kelas.




13.
Saya belajar Matematika ketika akan menghadapi ulangan




14.
Saya peduli pada kesulitan pelajaran Matematika




15.
Saya belajar Matematika jika disuruh orang tua.




16.
Saya membolos ketika mengikuti les Matematika





17.
Saya menggunakan alat-alat peraga yang bisa membantu saya belajar Matematika dengan mudah.




18.
Saya melihat tayangan pembelajaran Matematika di televisi.




19.
Saya mencari informasi di internet tentang sejarah Matematika.




20.
Saya bermain tebak-tebakan bilangan bersama teman.




21.
Saya kebingungan ketika belajar Matematika.




22.
Saya bangun kesiangan sehingga terlambat sampai di sekolah.




23.
Saya sibuk mencari buku pelajaran ketika Guru mulai menyampaikan materi.




24.
Matematika merupakan pelajaran yang sulit dipahami.




25.
Saya memperhatikan penjelasan guru tentang materi Matematika.




26.
Saya aktif selama proses pembelajaran Matematika di luar kelompok.




27.
Saya tidak bergurau ketika pelajaran




28.
Saya mengerjakan latihan soal dengan cermat.




29.
Saya memperhatikan anak-anak yang bermain di luar kelas




30.
Saya keluar kelas dan ikut bermain bersama anak-anak lain ketika pelajaran berlangsung.




31.
Saya duduk di belakang karena jauh dari pantauan guru




32.
Saya suka menyapa anak-anak yang berlalu-lalang di luar kelas




33.
Saya mengulangi pelajaran Matematika setelah pulang dari sekolah.




34.
Saya berani untuk bertanya kepada Guru apabila saya mengalami kesulitan berhitung.




35.
Saya menyisihkan waktu 3 jam untuk mengerjakan latihan soal di rumah.




36.
Saya mengikuti bimbingan/les Matematika dengan rutin.




37.
Saya menggunakan alat-alat peraga untuk bermain bukan untuk belajar.





38.
Saya suka menonton channel pembelajaran di televisi




39.
Di internet saya tidak belajar tentang Matematika tetapi bermain game online dengan teman-teman.




40.
Saya banyak bergurau dengan teman-teman ketika belajar kelompok




Jumlah





Skor Total






Keterangan :
5.      Pernyataan bernilai positif: nomor 1-4, 9-12, 17-20, 25-28, 33-36
Keterangan :
  • SS     skor 4
  • S       skor 3
  • TS     skor 2
  • STS   skor 1

6.      Pernyataan bernilai negatif: nomor 5-8, 13-16, 21-24, 29-32, 37-40
Keterangan :
  • SS     skor 1
  • S       skor 2
  • TS     skor 3
  • STS   skor 4

7.      Skor maksimal: 160
8.      Rentangan minat :
o   122 – 162   = minat tinggi
o   81 – 121     = minat sedang
o   40 – 80       = minat rendah