KOMPLEKSITAS DUNIA ANAK USIA DINI DALAM
PENDIDIKAN
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Dunia Anak dalam Pendidikan : Kebijakan
dan Kepemimpinan
Dosen : Dr. Samino
Disusun oleh :
ALI MURSIDI
NIM Q100120121
Kelas 2 D
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
KOMPLEKSITAS DUNIA ANAK USIA DINI DALAM
PENDIDIKAN
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan
aset penting bagi kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu setiap warga Negara
harus dan wajib mengikuti jenjang pendidikan, baik jenjang pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah maupun tinggi. Kebanyakan anak-anak
Indonesia dalam memulai proses masuk ke lembaga pendidikan, mengabaikan
pendidikan anak usia dini, padahal untuk membiasakan diri dan mengembangkan
pola pikir anak pendidikan sejak usia dini mutlak diperlukan.
Sudah bukan
informasi baru lagi, mengenai 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya
untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya. Berdasarkan pengetahuan ini pun
makin banyak didengungkan mengenai pentingnya pendidikan usia dini . Perlu
orang tua ketahui juga bahwa anak memiliki berbagai kemampuan tersebut tentunya
sudah dapat dibentuk sejak dini.
Tidak
sedikit juga orang tua yang menganggap pendidikan anak usia dini tidak begitu
penting, dengan alasan tidak ingin anaknya mengalami setres atau kehilangan
masa bermain. Padahal hampir 70 % pembentukan karakter manusia itu dimulai dari
usia nol hingga 3 tahun. Sejak dini anak-anak mendapat saran pendidikan yang
nyaman, penuh kasih sayang, dan dalam lingkungan yang mendukung.
II.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kompleksitas dunia
anak usia dini dalam pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia
dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undangundang Sisdiknas
tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak. Menurut
Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pada masa
ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada
masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa
50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak
berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai
100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).
Pada masa masa emas atau golden age hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk
tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama
karena setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan
seimbang serta stimulasi
yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Apabila anak
diberikan stimulasi secara intensif dari lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya
dengan baik. Masa
kanak-kanak merupakan masa saat anak belum mampu mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya. Mereka cenderung senang
bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering mengubah
aturan main untuk kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, dibutuhkan upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan
psikis. Potensi anak yang sangat penting untuk dikembangkan. Potensi-potensi tersebut
meliputi kognitif, bahasa, sosioemosional, kemampuan fisik dan lain sebagainya.
Sesuai
dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan
anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui
pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal
berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain
yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok
bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur
pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu
yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis
(SPS).
Maleong
menyebutkan bahwa ragam pendidikan untuk anak usia dini jalur non formal
terbagi atas tiga kelompok yaitu kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6
tahun); kelompok bermain (KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS)
usia 0-6 tahun (Harun, 2009: 43).
Dari uraian
di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada
pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh
dan berkembang dengan maksimal. Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan
melalui lingungan keluarga, PAUD jalur non formal seperti tempat penitipan anak
(TPA) atau kelompok bermain (KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
B. Karakteristik anak usia dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas,
baik secara fisik, sosial,
moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik
anak usia dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b)
merupakan pribadi yang unik, c) suka berfantasi dan berimajinasi, d) masa paling potensial
untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f) memiliki rentang daya konsentrasi yang
pendek, g) sebagai bagian
dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak
mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari
sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya
tentang apa yang mereka
lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus bertanya
sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki
keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga
dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak,
sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak.
Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal
ini penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka membayangkan dan
mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang nyata. Salah satu khayalan anak misalnya
kardus, dapat dijadikan anak sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg, rentang perhatian
anak usia 5 tahun untuk
dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit, kecuali hal-hal
yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak
mudah sekali mengalihkan perhatiannya
pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak yang egosentris biasanya lebih banyak
berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan
dirinya, misalnya
anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering
bermain dengan teman-teman di lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar
bersosialisasi.
Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman
lingkungannya, maka anak
anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan belajar
menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia membutuhkan orang lain di sekitarnya.
Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang
memiliki tingkat perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu
dari berbagai aspek perkembangan yang ada. Sedangkan karakteristik
anak usia dini menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai
berikut: a) egosentris, b) memiliki curiosity yang tinggi, c) makhluk
sosial, d) the unique person, e) kaya dengan fantasi, f) daya konsentrasi
yang pendek, g) masa belajar yang paling potensial. Egosentris adalah salah
satu sifat seorang anak dalam melihat dan memahami sesuatu cenderung dari sudut
pandang dan kepentingan diri sendiri. Anak mengira bahwa semuanya penuh
dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan. Melalui interaksi dengan orang
lain anak membangun konsep diri sehingga anak dikatakan sebagai makhluk sosial.
Anak memiliki daya imajinasi yang berkembang
melebihi apa yang dilihatnya. Anak juga memiliki daya perhatian yang pendek
kecuali terhadap hal-hal yang bersifat menyenangkan bagi anak. Berbagai perbedaan
yang dimiliki anak penanganan yang berbeda mendorong pada setiap anak. Pada
masa belajar yang potensial ini, anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang
dengan cepat. Anak usia dini merupakan masa peka dalam berbagai aspek perkembangan
yaitu masa awal pengembangan kemampuan fisik motorik, bahasa, sosial emosional,
serta kognitif. Menurut Piaget (Slamet Suyanto,2003: 56-72), anak memiliki 4
tingkat perkembangan kognitif yaitu tahapan sensori motorik (0-2 tahun), pra
operasional konkrit (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun), dan
operasional formal (11 tahun ke atas).
Dalam tahap sensori motorik (0-2 tahun), anak
mengembangkan kemampuannya untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dengan
gerakan dan tindakan fisik. Anak lebih banyak menggunakan gerak reflek dan
inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Pada perkembangan pra
operasional, proses berpikir anak mulai lebih jelas dan menyimpulkan sebuah
benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar pandangan, pendengaran,
atau jangkauan tangannya. Pada tahap operasional konkrit, anak sudah dapat
memecahkan persoalan-persoalan sederhana yang bersifat konkrit dan dapat
memahami suatu pernyataan, mengklasifikasikan serta mengurutkan. Pada tahap
operasional formal, pikiran anak tidak lagi terbatas pada benda-benda dan
kejadian di depan matanya. Pikiran anak terbebas dari kejadian langsung.
Dilihat dari perkembangan kognitif, anak usia dini
berada pada tahap pra operasional. Anak mulai proses berpikir yang lebih jelas
dan menyimpulkan sebuah benda atau kejadian walaupun itu semua berada di luar
pandangan, pendengaran, atau jangkauan tangannya. Anak mampu mempertimbangkan
tentang besar, jumlah, bentuk dan benda-benda melalui pengalaman konkrit.
Kemampuan berfikir ini berada saat anak sedang bermain.
C. Kompleksitas dunia anak usia dini dalam
pendidikan
Dengan
mengetahui pengertian dan karakteristika anak usia dini, maka kita juga akan
memahami betapa kompleksnya dunia anak dalam pendidikan karena pada masa anak
usia dini ini disebut dengan golden age atau masa keemasan dimana anak
sedang tumbuh dan berkembang dengan untuk menjadi pribadi yang diharapkan. Oleh
karena itu dibutuhkan berbagai stumulus dari dalam maupun dari lingkungan agar
anak mampu menjalani tugas perkembangannya.
Stimulus
dari lingkungan diantaranya adalah pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak
usia dini mempunyai tujuan utama yakni membentuk anak yang berkualitas, yaitu
anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga
memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa
dewasa. Sealain tujuan utama ada tujuan penyerta yaitu untuk membantu
menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Pendidikan Anak
Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan
yang dilalui oleh anak usia dini.
IV.
KESIMPULAN
1.
Anak
usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age,
karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan
tidak tergantikan pada masa mendatang.
2.
Anak usia dini memiliki karakteristik
yang khas, baik secara fisik, sosial, moral dan sebagainya. Karakteristik anak usia
dini antara lain; a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, b) merupakan pribadi yang unik,
c) suka berfantasi dan berimajinasi,
d) masa paling potensial untuk belajar, e) menunjukkan sikap egosentris, f)
memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, g) sebagai bagian dari
makhluk sosial.
3.
Pendidikan Anak
Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
V.
PENUTUP
Alhamdulillah, berkat karunia dan pertolongan Allah
SWT, yang didasari dengan niat dan kesungguhan hati akhirnya penulis dapat
menyelesaikan makalah ini, dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu
demi kesempurnaan dan perbaikan dalam makalah ini kritik dan saran yang
bersifat konstruktif, sangatlah penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, S.Pd, Pentingnya Pendidikan Anak
Usia Dini, http://belajarpsikologi.com/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini/
Kuntjojo, Konsep-Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, http://pgpaud.unpkediri.ac.id/index.php/web/detberita/berita/23
Mansur, Pendidikan Anak
Usia Dini dalam Islam, 2005, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.
Siti Aisyah dkk.
(2007) Perkembangan
dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Slamet Suyanto, 2005.
Dasar- dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta :
Hikayat Publishing.
Undang- Undang
Republik Indonesia
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar