IMPLEMENTASI
MANAJEMEN MUTU TERPADU (TQM)
DI BIDANG
PENDIDIKAN
I. Pendahuluan
Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah
mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau
Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan
menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap kegiatan
sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas
kualitas pendidikan.
Sebelum
hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai
dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai
dengan karyawan harus benar – benar
mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu
yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa
pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan
diterapkan TQM.
Dalam
ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai
“klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar,
maka suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis
langkah organisasi sekolah. Tanpa
suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi
adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang
seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan
(Adnan Sandy Setiawan : 2000),
Penerapan
TQM berarti pula adanya kebebasan untuk berpendapat. Kebebasan berpendapat akan
menciptakan iklim yang dialogis antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
kepala sekolah, antara guru dan kepala sekolah, singkatnya adalah kebebasan
berpendapat dan keterbukaan antara seluruh warga sekolah. Pentransferan ilmu
tidak lagi bersifat one way communication, melainkan two way communication. Ini
berkaitan dengan budaya akademis.
Selain
kebebasan berpendapat juga harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi
yang jelas mengenai arah organisasi sekolah, baik secara internal organisasi
maupun secara nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi
seluas- luasnya bagi warga sekolah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah
progran – program, serta kondisi finansial.
Singkatnya,
TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efisiensi. Sistem manajemen
ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan
menghambat potensi perkembangan sekolah itu sendiri.
II. PERMASALAHAN
Permasalahan
yang ingin penulis kupas dalam paper ini
adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan
Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ?
2. Apa yang menjadi
kesulitan implementasi TQM di bidang
Pendidikan ?
3. Apa yang menjadi indikator keberhasilan
implementasi TQM di bidang pendidikan ?
III. TUJUAN
PENULISAN
Dari
permasalahan yang penulis pilih, penulis mempunyai tujuan :
1. Menjelaskan pengertian
Manajemen Mutu Terpadu (TQM).
2. Menjelaskan kesulitan –
kesulitan implementasi TQM di bidang
pendidikan.
3. Mengidentifikasi
indikator – indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan.
IV. PEMBAHASAN
Dalam
era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), tugas dan
tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari pimpinan skolah adalah
menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti
menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakat luas
penggunanya. (Thomas B. Santoso : 2001). Agar tugas dan tanggung jawab para
pemimpin sekolah tersebut menjadi nyata, kiranya kepala sekolah perlu memahami,
mendalami dan menerapkan beberapa konsep ilmu manajemen yang dewasa ini telah
dikembang-mekarkan oleh pemikir – pemikir dalam dunia bisnis. Salah satu ilmu
manajemen yang dewasa ini banyak diadopsi adalah TQM (Total Quality Management)
atau Manajemen Mutu Terpadu.
A. Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
Manajemen
Mutu Terpadu sangat populer di lingkungan organisasi profit, khususnya di
lingkungan berbagi badan usaha/perusahaan dan industri, yang telah terbukti
keberhasilannya dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya masing –
masing dalam kondisi bisnis yang kompetitif. Kondisi seperti ini telah
mendorong berbagai pihak untuk mempraktekannya di lingkungan organisasi non
profit termasuk di lingkungan lembaga pendidikan.
Menurut
Hadari Nawari (2005:46) Manajemen Mutu Terpadu adalah manejemen fungsional
dengan pendekatan yang secara terus menerus difokuskan pada peningkatan
kualitas, agar produknya sesuai dengan standar kualitas dari masyarakat yang
dilayani dalam pelaksanaan tugas pelayanan umum (public service) dan pembangunan masyarakat (community development). Konsepnya bertolak dari manajemen sebagai
proses atau rangkaian kegiatan mengintegrasikan sumber daya yang dimiliki, yang
harus diintegrasi pula dengan pentahapan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen,
agar terwujud kerja sebagai kegiatan memproduksi sesuai yang berkualitas.
Setiap pekerjaan dalam manajemen mutu terpadu harus dilakukan melalui tahapan
perencanaan, persiapan (termasuk bahan dan alat), pelaksanaan teknis dengan
metode kerja/cara kerja yang efektif dan efisien, untuk menghasilkan produk
berupa barang atau jasa yang bermanfaat bagi masyarakat.
Menurut
Cassio seperti yang dikutip oleh Hadari Nawawi (2005 : 127), ia memberi
pengertian bahwa “TQM, a philosophy and
set of guiding principles that represent the foundation of a continuosly
improving organization, include seven broad components :
1.
A focus on the customer
or user of a product or service, ensuring the customer’s need an expectations
are satisfied consistenly.
2.
Active leadership from
executives to establish quality as a fundamental value to be incorporated into
a company’s managemen philosophy.
3.
Quality concept (e.g.
statistical process control or computer assisted design, engineering, and
manufacturing) that are thoroughly integrated throughout all activities of or a
company.
4.
A corporate culture,
established and reinforced by top executives, that involves all employees in
contributing to quality improvement.
5.
A focus on employee
involvement, teamwork, and training at all levels in order to strengthen
employee commitment to continous quality improvement.
6.
An approach to problem
solving that is base on continously gathering, evaluating, and acting on facts
and data is a systematic manner.
7.
Recognition of supliers
as full partners in quality management process.
Pengertian lain dikemukakan oleh
Santoso yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1998) yang
mengatakan bahwa “ TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas
sebagai strategi usaha dan berorentasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi”. Di samping itu Fandy Tjiptono dan
Anastasia Diana (1998) menyatakan pula bahwa “ Total Quality Management
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, Hadari Nawawi (2005 : 127) mengemukakan tentang karakteristik TQM sebagai
berikut :
1. Fokus pada pelanggan,
baik pelanggan internal maupun eksternal
2. Memiliki opsesi yang
tinggi terhadap kualitas
3. Menggunakan pendekatan
ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
4. Memiliki komitmen jangka
panjang.
5. Membutuhkan kerjasama tim
6. Memperbaiki proses secara
kesinambungan
7. Menyelenggarakan
pendidikan dan pelatihan
8. Memberikan kebebasan yang
terkendali
9. Memiliki kesatuan yang
terkendali
10. Adanya keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan.
B. Manajemen Mutu Terpadu dalam Bidang
Pendidikan
Di
lingkungan organisasi non profit, khususnya pendidikan, penetapan kualitas
produk dan kualitas proses untuk mewujudkannya, merupakan bagian yang tidak
mudah dalam pengimplementasian Manajemen Mutu Terpadu (TQM). Kesulitan ini
disebabkan oleh karena ukuran
produktivitasnya tidak sekedar bersifat kuantitatif, misalnya hanya dari jumlah
lokal dan gedung sekolah atau laboratorium yang berhasil dibangun, tetapi juga
berkenaan dengan aspek kualitas yang menyangkut manfaat dan kemampuan
memanfaatkannya.
Demikian
juga jumlah lulusan yang dapat diukur secara kuantitatif, sedang kualitasnya
sulit untuk ditetapkan kualifikasinya. Sehubungan dengan itu di lingkungan
organisasi bidang pendidikan yang bersifat non profit, menurut Hadari Nawari
(2005 : 47) ukuran produktivitas organisasi bidang pendidikan dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Produktivitas
Internal,
berupa hasil yang dapat diukur secara kuantitatif, seperti jumlah atau
prosentase lulusan sekolah, atau jumlah gedung dan lokal yang dibangun sesuai
dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
2. Produktivitas
Eksternal, berupa
hasil yang tidak dapat diukur secara kuantitatif, karena bersifat kualitatif
yang hanya dapat diketahui setelah melewati tenggang waktu tertentu yang cukup
lama.
Masih menurut Hadari Nawawi (2005 :
47), bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat
dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut :
1.
Tingkat
konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
2.
Kekeliruan
dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat
yang dilayani semakin berkurang.
3.
Disiplin
waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
4.
Inventarisasi
aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab – sebabnya.
5.
Kontrol
berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian
pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6.
Pemborosan
dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
7.
Peningkatan
ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara
bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif,
sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
Berkenaan dengan kualitas dalam
pengimplementasian TQM, Wayne F. Cassio dalam bukunya Hadari Nawawi mengatakan
: “Quality is the extent to which product
and service conform to customer requirement”. Di samping itu Cassio juga
mengutip pengertian kualitas dari The Federal Quality Institute yang menyatakan
“quality as meeting the customer’s
requiremet the first time and every time, where costumers can be internal as
wellas external to the organization”. Senada dengan itu Goetsh dan Davis seperti yang dikutip
oleh Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana (1996) yang mengatakan : “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi
atau melebihi harapan”.
Dilihat dari pengertian kualitas yang
terakhir seperti tersebut di atas, berarti kualitas di lingkungan organisasi
profit ditentukan oleh pihak luar di luar organisasi yang disebut konsumen,
yang selain berbeda – beda, juga selalu berubah dan berkembang secara dinamis.
Manajemen Mutu Terpadu di lingkungan
suatu organisasi non profit termasuk pendidikan tidak mungkin diwujudkan jika
tidak didukung dengan tersedianya sumber – sumber untuk mewujudkan kualitas
proses dan hasil yang akan dicapai. Di lingkungan organisasi yang kondisinyan
sehat, terdapat berbagai sumber kualitas yang dapat mendukung
pengimplementasian TQM secara maksimal. Menurut Hadari Nawawi (2005 : 138 –
141), beberapa di antara sumber – sumber kualitas tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Komitmen Pucuk Pimpinan
(Kepala Sekolah) terhadap kualitas.
Komitmen ini
sangat penting karena berpengaruh langsung pada setiap pembuatan keputusan dan
kebijakan, pemilihan dan pelaksanaan program dan proyek, pemberdayaan SDM, dan
pelaksanaan kontrol. Tanpa komitmen ini tidak mungkin diciptakan dan
dikembangkan pelaksanaan fungsi – fungsi manajemen yang berorentasi pada
kualitas produk dan pelayanan umum.
2. Sistem Informasi
Manajemen
Sumber ini
sangat penting karena usaha mengimplementasikan semua fungsi manajemen yang
berkualitas, sangat tergantung pada ketersediaan informasi dan data yang
akurat, cukup/lengkap dan terjamin kekiniannya sesuai dengan kebutuhan dalam
melaksanakan tugas pokok organiasi.
3. Sumberdaya manusia yang
potensial
SDM di
lingkungan sekolah sebagai aset bersifat kuantitatif dalam arti dapat dihitung
jumlahnya. Disamping itu SDM juga merupakan potensi yang berkewajiban
melaksanakan tugas pokok organisasi (sekolah) untuk mewujudkan eksistensinya.
Kualitas pelaksanaan tugas pokok sangat ditentukan oleh potensi yang dimiliki
oleh SDM, baik yang telah diwujudkan dalam prestasi kerja maupun yang masih
bersifat potensial dan dapat dikembangkan.
4. Keterlibatan semua Fungsi
Semua fungsi
dalam organisasi sebagai sumber kualitas, sama pentingnya satu dengan yang
lainnnya, yang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu
semua fungsi harus dilibatkan secara maksimal, sehingga saling menunjang satu
dengan yang lainnya.
5. Filsafat Perbaikan
Kualitas secara Berkesinambungan
Sumber –
sumber kualitas yang ada bersifat sangat mendasar, karena tergantung pada
kondisi pucuk pimpinan (kepala sekolah), yang selalu menghadapi kemungkinan
dipindahkan, atau dapat memohon untuk dipindahkan. Sehubungan dengan itu,
realiasi TQM tidak boleh digantungkan pada individu kepala sekolah sebagai
sumber kualitas, karena sikap dan perilaku individu terhadap kualitas dapat
berbeda. Dengan kata lain sumber kualitas ini harus ditransformasikan pada
filsafat kualitas yang berkesinambungan dalam merealisasikan TQM.
Semua sumber kualitas di lingkungan
organisasi pendidikan dapat dilihat manifestasinya melalui dimensi – dimensi
kualitas yang harus direalisasikan oleh pucuk pimpinan bekerja sama dengan warga sekolah yang ada dalam
lingkungan tersebut. Menurut Hadari Nawawi (2005 : 141), dimensi kualitas yang
dimaksud adalah :
1. Dimensi Kerja Organisasi
Kinerja dalam
arti unjuk perilaku dalam bekerja yang positif, merupakan gambaran konkrit dari
kemampuan mendayagunakan sumber – sumber kualitas, yang berdampak pada
keberhasilan mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi organisasi
(sekolah).
2. Iklim Kerja
Penggunaan
sumber – sumber kualitas secara intensif akan menghasilkan iklim kerja yang
kondusif di lingkungan organisasi. Di dalam iklim kerja yang diwarnai
kebersamaan akan terwujud kerjasama yang efektif melalui kerja di dalam tim
kerja, yang saling menghargai dan menghormati pendapat, kreativitas, inisiatif
dan inovasi untuk selalu meningkatkan kualitas.
3. Nilai Tambah
Pendayagunaan
sumber – sumber kualitas secara efektif dan efisien akan memberikan nilai
tambah atau keistimewaan tambahan sebagai pelengkap dalam melaksanakan tugas
pokok dan hasil yang dicapai oleh organisasi. Nilai tambah ini secara kongkrit
terlihat pada rasa puas dan berkurang atau hilangnya keluhan pihak yang
dilayani (siswa).
4. Kesesuaian dengan
Spesifikasi
Pendayagunaan
sumber – sumber kualitas secara efektif dan efisien bermanifestasi pada
kemampuan personil untuk menyesuaikan proses pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya
dengan karakteristik operasional dan standar hasilnya berdasarkan ukuran
kualitas yang disepakati.
5. Kualitas Pelayanan dan
Daya Tahan Hasil Pembangunan
Dampak lain
yang dapat diamati dari pendayagunaan sumber – sumber kualitas yang efektif dan
efisien terlihat pada peningkatan kualitas dalam melaksanakan tugas pelayanan
kepada siswa.
6. Persepsi Masyarakat
Pendayagunaan
sumber – sumber kualitas yang sukses di lingkungan organisasi pendidikan dapat
diketahui dari persepsi masyarakat (brand image) dalam bentuk citra dan
reputasi yang positip mengenai kualitas lulusan baik yang terserap oleh lembaga
pendidikan yang lebih tinggi ataupun oleh dunia kerja.
Secara
singkat dapat digambarkan diagram komitmen kualitas dalam Manajemen Mutu
Terpadu adalah sebagai berikut :
Diagram : Komitmen Kualitas dalam TQM
C.
Tanggapan Penulis
Total Quality
Management (TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan
akhirnya adalah meningkatkan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan
indikator adanya kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi
sosial siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi
TQM di dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenarnya
tidak dengan setengah hati. Dengan memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada
dalam organisasi maka pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat
ini. Kualitas pendidikan kita berada pada urutan 101 dan masih berada di bawah vietnam yang notabene negara tersebut dapat
dikatakan baru saja merdeka dibandingkan dengan kemerdekaan bangsa kita Indonesia.
Implementasi
TQM di organisasi Pendidikan khususnya negeri memang tidak mudah. Adanya
hambatan dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan sangat
mempengaruhi. Tidak perlu dipungkiri bahwa budaya kerja, unjuk kerja dan
disiplin pegawai negeri sipil di negara kita ini sangat rendah. Ini sangat
mempengaruhi efektifitas implementasi TQM.
Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang telah mengadopsi prinsip – prinsip TQM
ternyata tidak serta merta mendongkrak peningkatan kinerja pelaksana sekolah
yang implikasinya dapat meningkatkan kompetensi siswa kita.
Menurut
penulis, yang paling pertama diperbaiki adalah budaya kerja, unjuk kerja dan
disiplin dari pelaksana sekolah (guru, karyawan dan kepala sekolah). Semuanya
harus dapat memandang siswa sebagai “pelanggan”, yang harus dilayani dengan
sebaik – baiknya demi kepuasan mereka. Pelaksana sekolah selalu bersemangat
untuk maju, bersemangat terus untuk menambah kemampuan dan ketrampilannya yang
pada akhirnya akan meningkatkan unjuk kerja mereka di hadapan siswa. Apabila
semua pelaksana sekolah sudah mempunyai budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin
yang tinggi, maka implementasi TQM dapat secara nyata berjalan dan akan
menjadikan organisasi pendidikan (sekolah) akan semakin maju, eksis, memiliki
brand image yang semakin tinggi dan pada akhirnya dapat menciptakan kader –
kader bangsa yang berkualitas dan dapat disejajarkan dengan bangsa lain.
Rendahnya budaya
kerja, unjuk kerja dan disiplin kerja pelaksana seokolah (PNS) memang sangat
dipengaruhi oleh sistem penghargaan negara (gaji) yang rendah terhadap PNS. Ini
menyebabkan tidak sedikit kewajiban di organisasi pendidikan khususnya menjadi
“sambilan” bagi PNS dan justru yang utama berada di kegiatan luar organisasi
karena adanya tuntutan ekonomi yang semakin berat.
Angin segar
telah berhembus bagi guru khususnya, dengan telah adanya UU Guru dan Dosen yang
menjadi payung hukum dan menjamin peningkatan kesejahteraan Guru dan Dosen.
Tetapi masih menjadi pertanyaan besar “kapan itu dilaksanakan?”, atau “ hanya
meninabobokkan guru saja agar tidak berdemo?”.
Apabila UU
tersebut benar dilaksanakan, apakah akan benar – benar dapat meningkatkan
kinerja guru?
Pada intinya,
implementasi TQM di organisasi pendidikan khususnya sekolah masih akan terasa
berat. Diperlukan adanya kesungguhan dari warga sekolah secara bersama, sadar,
dan berkeinginan yang kuat untuk maju.
V. KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan :
1. Manajemen Mutu
Terpadu(TQM) adalah suatu sistem manajemen yang mendayagunakan sumber – sumber
kualitas yang ada dalam organisasi melalui tahapan – tahapan manajemen secara
terkendali untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan secara efektif
dan efisien.
2. Kesulitan penerapan TQM
dalam bidang pendidikan adalah kesulitan dalam penentuan kualitas produknya
(lulusan) yang lebih bersifat kualitatif.
3. Implementasi TQM di
bidang pendidikan dikatakan berhasil jika dapat ditemukan ciri – ciri sebagai berikut :
a. Tingkat konsistensi
produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
b. Kekeliruan dalam bekerja
yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani
semakin berkurang.
c. Disiplin waktu dan
disiplin kerja semakin meningkat
d. Inventarisasi aset
organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa
diketahui sebab – sebabnya.
e. Kontrol berlangsung
efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga
mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan
umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
f.
Pemborosan
dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
g. Peningkatan ketrampilan
dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja
selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif,
sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan
Sandy Setiawan (200); “Manajemen
Perguruan Tinggi Di Tengah Perekonomian Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “,
“INDONews (s)”indonews@indo-news.com.
24 Maret 2006
Ani M.
Hasan (2003); “Pengembangan Profesional
Guru di Abad Pengetahuan”, Pendidikan Network : 24 Maret 2006
Fandy
Tjiptono dan Anastasia Diana (1998); Total Quality Management (TQM), Andi
Offset : Yogyakarta
Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi
Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni
2004
Hadari
Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah
Mada Pers : Yogyakarta
Thomas B.
Santoso (2001), “ Manajemen Sekolah di Masa Kini (1)”, Pendidikan Network : 24
Maret 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar